Iya tak terencana dalam mengunjungi air terjun Lubuak Bulan yang menjadi tempat wisata Lima Puluh Kota Sumatera Barat. Penelusuran destinasi ini terjadi saat saya bersama Ory seorang teman ingin kembali pulang ke Pekanbaru dari kampung halaman.
Setelah melewati Kelok 9 nan indah mempesona, kami melihat sebuah tiang yang dengan berbagai arah penunjuk, dimana salah satu arah tersebut menuju destinasi yang tak kami sangka ini. Tak banyak diskusi, kami langsung saja mengikuti arah jalan tersebut, tanpa tau bagaimana kondisi dan keadaan jalan di arah tersebut.
Memang sebelum saya beranikan diri untuk explore secara tak sengaja lokasi air terjun ini, pernah melihat destinasi ini viral di Instagram dan beberapa media sosial lainnya. Wajar sih viral… Provinsi Sumatera Barat mempunyai banyak sekali lokasi destinasi dengan keindahan alamnya, walaupun memang masih banyak yang belum menelusurinya termasuk dengan keberadaan tempat wisata Lima Puluh Kota ini.
Dari informasi viral tersebut saya mengetahui jika diberikan nama Lubuak Bulan karena pada cucuran air yang turun menuju sebuah ruang yang berwujud cekungan batu dan memiliki bentuk layaknya bulan sabit. Uniknya dari aliran turun ke dalam wadah ini tak memiliki aliran air layaknya sungai tetapi lesap menghilang ke bawah kolam.
Fenomena tersebut menurut warga setempat disebabkan karena dibawah lubuak itu ada sebentuk goa panjang di mana langsung menyerap air yag turun tersebut. Aliran dari atas ini dapat pula di jumpai lagi kira – kira sekitar satu kilometer ke arah hilir, di mana pada aliran tersebut juga mengalir ke sawah – sawah penduduk.
Tempat Wisata Lima Puluh Kota Air Terjun Lubuk Bulan
Seperti yang saya katakan di atas sebelumnya, jika penjelajahan destinasi ini terjadi saat di jalur balik ke Pekanbaru. Tepatnya berada di kawasan Jorong Koto Tinggi Kubang Balambak, di Kenagarian simpang kapuak, Kecamatan Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota, provinsi Sumatera Barat. Dan kondisi perjalanan menuju destinasi ini tentunya juga berbeda dengan kondisi saat menjelajah air terjun Batang Nango, Pesona Tempat Wisata di Pasaman Barat.
Dari beberapa website atau blog yang juga menjadi sumber saya ketika melakukan penjelajahan itu menginformasikan jika ingin menuju lokasi air terjun ini harus melalui Kota Payakumbuh dan kemudian terus melakukan perjalanan hingga 4 jam untuk ke Kecamatan Mungka. Dari perjalanan yang diceritakan jika melewati jalur tersebut harus lebih berhati-hati sebab medan jalan yang tak biasa. Banyaknya pendakian terjal panjang yang mana tentu saja tidak beraspal dan licin bagi pengendara. Belum lagi jalan tanah dengan mode menanjak, berliku di tebing curam.
Sebaliknya tidak mengikuti informasi blog tersebut, saya yang tak terencana menuju lokasi indah ini dengan arah perjalanan yang berbeda, dengan melalui simpang Hulu Air, Sarilamak, Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Tanpa tau jarak tujuan saya dan Ory terus menggeber motor matic Honda Beat untuk bisa sampai ke lokasi.
Jika bingung, Simpang Hulu Air yang merupakan pintu masuk menuju destinasi indah ini bisa ditemukan sebelum sampai kelok 9 jika dari Pekanbaru, dan sesudah jika dari Payakumbuh. Ada sebuah tiang dengan papan petunjuk yang dibuat oleh mahasiswa KKN dengan kombinasi warna merah dan hijau.
Saya tak tau betul berapa jarak untuk bisa sampai ke dalam, tetapi saat kami bertanya dengan warga setempat jika jarak dari simpang tsb hingga sampai ke lokasi adalah 15 KM atau lebih kurang 1 jam lebih.
Perjalanan menuju ke dalam pun hanya sesaat beralaskan aspal, selebihnya kami harus melalui jalan dengan tanah kuning berbatu plus licin karena sehabis hujan. Kiri kanan yang tadinya rame dengan rumah warga berubah jadi sepi, sempat kepikiran apakah kami salah jalan dan tidak ada destinasi tersebut.
Beberapa kali pula saya dan Ory harus turun dari motor untuk bisa mendaki di jalan terjal. Bingung? pasti… tersesat ? ga tau…. Tapi jujur aja tak membuat kami berputus asa, sebab masih ada beberapa kendaraan lalu lalang.
Tak berapa lama kemudian kami kembali melihat perumahan warga yang jarang-jarang, dan agar tak bingung kami coba bertanya kepada masyarakat lokal. Kami mencoba bertanya pada seorang anak – anak yang kebetulan sedang bermain, dan jawabannya berhasil membuat kami tenang, sebab lokasi tujuan akhir kami sudah dekat dengan tempat wisata Lima Puluh Kota ini.
Menjelajah Air Terjun Lubuak Bulan
Singkat cerita setelah melewati perjalanan melelahkan menggunakan motor Beat, akhirnya kami sampai di perkampungan koto tinggi. Sampai di rumah paling akhir, kami berhenti lalu mencoba meminta izin dan bertanya mengenai destinasi pada pemilik rumah tsb. Dari perbincangan singkat itu alhamdulillah kami boleh menitipkan motor di rumah itu, namun tak ada yang mengantar kami menuju tempat indah itu. Kami hanya ditunjukkan arah untuk ke lokasinya.
Kami pun melanjutkan penjelajahan dengan berjalan kaki sesuai arahan dari pemilik rumah tadi. Baru beberapa menit saya dan Ory memulai, tak disangka bertemu pasangan suami istri yang ingin ke kebun. Dari perkenalan singkat diketahui bapak itu bernama Pak Mawi. Beliau juga menawarkan untuk membantu kami sampai ke Lubuak Bulan karena lokasinya berada di dekat kebunnya.
Suara burung yang bernyanyi menemani perjalanan kami bersama Pak Mawi dan istrinya. Jalan di tengah-tengah hutan dengan pohon-pohon besar tinggi membuat kami takjub dengan pemandangannya. Jalanan tanah hitam becek dan licin mengiringi hampir separuh jalan kami. Perjalanan terus kami lanjutkan hingga keluar disebuah ladang gambir luas.
Terus berjalan di sisi ladang, hingga kami kembali masuk ke hutan lebat dengan ketinggian yang sama. Sempat terkejut karena jalan kami selanjutkan di tepi tebing curam dan bertingkat terus turun menuju kaki lembah.
Penjelajahan selanjutnya dengan menyebrang sungai yang kecil yang mana aliran tersebut merupakan sumber air terjun Lubuak Bulan. Tentunya perjalanan sudah semakin dekat, apalagi terdengar halus di telinga kami suara gemuruh turunnya sebuah air terjun. Karena tak jauh, Pak Mawi pun hanya mengantar kami sampai pada titik tadi, karena beliau harus segera ke kebunnya. Otomatis sisa perjalanan kami harus melanjutkan sendiri, tak lupa pula kami juga memberikan uang rokok karena beliau sudah mengantar kami.
Air Terjun Lubuak Bulan yang Tersembunyi
Dengan bersemangat dengan jalan terus turun kami berjalan dengan secepatnya. Apalagi saat itu sudah hampir tengah hari, dan kami harus berbegas.
Melewati jalur menyempit akhirnya kami sampai ke lokasi yang kami duga itu. Alhamdulillah… berulang kali saya bersyukur karena sudah sampai. Melihat pemandangan yang sangat luar biasa indahnya dan tentu saja eksotis. Menariknya pada punggung tebing bagian dalam dari aliran air setinggi 50 meter ini, terselip gua luas dengan bentuk terbuat dari patahan lapisan bebatuan.
Jika kita masuk ke dalam gua tersebut, kita akan melihat dan menyaksikan bagaiamana Lubuak Bulan turun layaknya selendang bidadari yang menjuntai ke bumi. Uniknya saat sampai ke bumi selendang air itu menghilang entah kemana. Lenyap.
Seakan masih terpana, kami pun mencoba beristirahat bersantai sesaat, hingga akhirnya kami melakukan sesuatu kebiasaan kami. Ya kebiasaan untuk segera mengabadikan foto dan video untuk dijadikan bahan cerita di blog dan Vlog.
Sayangnya memang kita tak bisa berenang di dalam kolam cekung tersebut karena juga berbahaya. Ini terbukti dengan adanya beberapa pagar penyangga agar kita tidak turun ke kolam di bawahnya.
Hampir 1 jam lebih saya dan Ory berada di destinasi indah ini. Bersantai bahkan hampir ketiduran di bawah cekungan gua yang ditemani alunan merdu suara air yang jatuh berderai.
Dari semua keindahan yang kami dapat melalui tempat ini, sayangnya kami juga menemukan hal negatif yang membuat kami kecewa. Ketika ingin pulang, kami dikejutkan dengan ditemukannya beberapa sampah di lokasi. Kecewa karena masih ada pendatang yang hadir hanya untuk membuang sampah sembarang. Bahkan tak hanya itu, ada beberapa juga perbuatan vandalism pada dinding gua. Miris ga sih ?
Ingin pulang malah tersesat
Sebenarnya bukan cerita lucu sih, tapi lebih tepatnya aib kami saat menjelejah. Karena saat datang hanya mengikuti pak Mawi, tak sadar ketika pulang kami tak ingat bagaimana jalan pulang.
Di ladang gambir yang luas tadi kami kebingungan jalan untuk menuju arah kami pulang. Sok pede kami mencoba mengikuti beberapa jalan tapi tetap tak tau jalan mana yang asli. Hingga pada akhirnya mau tak mau kami harus memutar kembali video perjalanan yang telah kami rekam sebelumnya.
Sialnya saat mencari jalan lewat video, saya sempat dicium oleh tawon lokal, sehingga menambah kekesalan saya hahaha. Tapi alhamdulillah pada akhirnya kami keluar dari hutan tersebut, berkat video rekaman haha. Sedikit saran sih jika ada teman-teman yang datang ke lokasi ini ada baiknya mencari penunjuk jalan lokal, atau paling tidak mencoba mengajak salah satu penduduk sekitar.
Oh iya ada beberapa tips untuk ke lokasi ini jika lewat simpang Hulu Air :
- Kalau bisa jangan menggunakan mobil kecuali offroad, karena jalur tanah kuning menanjak dan tidak lancar
- Kalau bisa, jika pakai sepeda motor ada baiknya memakai motor trail, kalau menggunakan motor matic kaya saya harus berhati – hati ekstra.
- Jangan lupa alas kaki saat trekking dengan menggunakan sepatu atau sendal gunung yang baik dan pas sama saat saya mendaki Gunung Kerinci.
- Lebih baik menggunakan warga lokal sebagai penunjuk jalan
Mudah-mudahan cerita saya di atas bisa membantu teman-teman untuk menjelajah air terjun Lubuak Bulan wisata Lima Puluh Kota. Jangan lupa baca juga cerita saya saat mengunjung destinasi wisata Lima Puluh Kota lainnya. Atau jika teman-teman memiliki pengalaman lain saat di lokasi ini bisa share di kolom komentar ya.