Sebenarnya sudah 2 tahun saja sejak artikel pertama EP : 1 Liburan Ke Lombok – Menginap di Sweet Peach House. Malahan sudah 2 kali pula saya ke pulau seribu masjid ini. Hmm.. tapi saya rasa tak apalah, sekedar sebagai catatan atau sharing saya akan mencoba Kembali menceritakan perjalanan saya saat itu yang tertuang dalam judul EP : 2 Liburan Ke Lombok – Tahan Kantuk Demi Pulau Kenawa Sumbawa.
Iya mungkin kalian berpikir jika pulau yang ingin saya tuju ini adalah pulau eksotis yang ada di Nusa Tengara Timur kan? Bukan… ini berbeda donk tentunya, hanya Namanya saja yang hampir mirip namun keindahannya tak kalah. Pulau Kenawa ini berada di Nusa Tenggara Barat, pulau Lombok.
Menuju Pelabuhan Kayangan
Setelah tadi malam tidur nyenyak di Sweet Peach House, pagi itu saya belum ada rencana apa-apa sebelumnya. Namun dari seorang teman yang sudah duluan sampai ke Lombok pada hari yang sama, menyarankan untuk ke Kenawa dengan menggunakan sepeda motor.
Saat itu jujur sama sekali saya tidak ada persiapan atau rencana mau kemana selama di Lombok. Oleh sebab itu saya sangat tertarik untuk mengunjungi pulau tersebut. Dari Sweet Peach House untuk menuju pulau Kenawa Sumbawa membutuhkan waktu tak lama harusnya, namun karena banyak daerah yang akan kami singgahi membuat perjalanan kami lebih lama.
Sebenarnyapun kami pergi tak terlalu pagi (udah siang malah), sebab saya bangunnya kesiangan. Sekitar pukul 12 siang waktu Lombok kami baru mulai jalan. Itupun saya sempat pergi makan siang dulu, jadi tak heran pula kami sampai di pelabuhan Kayangan malam harinya.
Jalur yang saya lewati adalah melewati daerah Senggigi menuju Sembalun Lawang. Alasannya melalui jalur ini biar bisa melihat pantai terus kwkwkw.
Berdasarkan catatan Google Maps Timeline akun saya, diketahui jika saya mulai jalan pada pukul 12.43 siang. Saya mulai berjalan dengan menggunakan motor bersama teman blogger yang saya temui dari sana. Perjalanan begitu mengesankan karena melewati Senggigi beach yang selama ini hanya saya lihat di google image.
Setelah berhenti sebentar melihat keindahan pantai Senggigi, kami melanjutkan perjalan dan berhenti kembali di Bukit Malimbu (Malimbu Hill) untuk melihat pemandangan bentangan garis pantai. Di sini saya juga sempat membeli beberapa cinderamata gelang sebagai oleh-oleh.
Saya lalu kembali melanjutkan perjalanan dan berhenti sekali di pom bensin trus sampai di Sembalun Lawang sekitar pukul 17.00 sore. Di daerah ini kami harus berjalan mendaki dengan sepeda motor di kaki gunung Rinjani menuju Wisata Pusuk Sembalun. Perjalanan begitu berat, selain tubuh saya yang berat juga cuaca sedang hujan berkabut. Membuat perjalanan saat itu ngeri ngeri sedap.
Sampai di Taman Wisata Pusuk Sembalun
Yeeeey, akhirnya sampai di taman wisata pusuk sembalun. Tapi nihhh tapi.. karena hujan baru reda, taman ini dikelilingi kabut tebal, sehingga tidak memungkinkan untuk foto-foto pemandangan alam sembalun dari atas. Tapi tetap saja nih, tidak mengurangi niat saya dan teman saya untuk mengabadikan beberapa gambar.
Udara dingin ternyata belum begitu menantang, karena ada yang lebih menantang. Ya.. ada seorang penjual bakso bakar gitu menggunakan sepeda motor di tengah kepungan kabut asap (kayanya embun) tebal. Sudah bisa ditebak, kami pasti membeli dan malahan kami menjadi pembeli terakhir, karena makanan yang dijual telah habis.
Singkat cerita.. skip skip skip… pada akhirnya saya mulai kembali berjalan 18.18 maghrib saat itu, dan saya sempatkan untuk shalat maghrib di daerah Seula, Lombok Timur. Selanjutnya terus melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kayangan.
Sesaat sebelum sampai di Pelabuhan Kayangan, saya sempat berusaha mencari penginapan, agar besok pagi baru pergi menyeberang melalui Pelabuhan Kayangan. Namun penginapan yang kami cari tidak kami temukan, sehingga kami berinisiatif untuk menyeberang pada malam itu juga.
Pada pukul 19.46, kami akhirnya sampai di pelabuhan Kayangan dan segera untuk membeli tiket penyeberangan. Sebagai informasi untuk menuju Pulau Kenawa Sumbawa, kita harus menyeberang menggunakan ferry/ roro dari pelabuhan Kayangan ke pelabuhan Pototano Sumbawa.
Satu hal yang saya sesali saat itu adalah, kenapa saya tidak membawa motor yang kami sewa menyeberang ke Pototano, dan sebaliknya malah memarkirkan kendaraan kami di pelabuhan Kayangan. Sebab kalau kami bawa, kami bisa berpetualang di Sumbawa. Tapi ya ada tapi juga…, kalau kami bawa motor takut juga mau parkir di mana. Tanggung jawab membawa motor sewaan kan besar, takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada motor yang kami sewa.
Pelabuhan Kayangan ini beroperasi 24 jam, di mana waktu tempuh perjalanan ke pelabuhan Pototano Sumbawa adalah sekitar dua jam. Untuk harga tiket penyeberangan saat itu dengan harga tiket per orang hanya 17 ribu rupiah. Untuk biaya memarkirkan sepeda motor di pelabuhan kita harus merogoh kocek dengan membayar 10 ribu /malam saja. Sedangkan untuk penyeberangan sepeda motor harga yang dipatok sebesar 55 ribu rupiah. Ingat harga ini pada bulan Maret tahun 2020, dan bisa saja harganya berubah.
Menyebrang ke Pelabuhan Pototano.
Jujur saja, kapal yang saya naiki untuk menyeberang ke Pototano sangat besar. Pada lantai dasar digunakan untuk masuk dan parkir kendaraan, sedangkan untuk lantai dua dan tiga digunakan untuk para penumpang. Di kapal ini kita bisa tiduran atau sekedar duduk-duduk saja. Termasuk nyaman apalagi jenis tempat duduknya juga pas buat selonjoran.
Di dalam kapal pun terlihat bagaimana raut wajah penumpang yang terlihat capek dan penat. Ada yang tidur, ngobrol atau menikmati suasana laut yang gelap saat malam. Selain itu para penumpang bisa juga mengisi perut dengan makanan semisal pop mie, karena di kapal ada cafetaria. Namun nih perlu diperhatikan karena harga jualnya harga di kapal jadi paham aja ya. Ada pula mushalla, wc dll di dalam kapal.
Saya sendiri berisitrahat di geladak depan kapal, maklum saja mengendarai motor di cuaca panas hingga hujan cukup melelahkan. Berbaring menjadi pilihan dengan pemandangan atap langit malam. Alasan saya memilih tiduran di luar karena saya NGOROK dan tidak ingin mengganggu penumpang lain.
Sekitar pukul 21.05 kapal ferry/ roro pun berjalan menuju pelabuhan Pototano. Untuk bisa sampai ke destinasi tersebut membutuhkan waktu hampir 2 jam. Rasanya baru sebentar berbaring dan pada pukul 22.48 saya pun sampai di Pelabuhan Pototano.
Di sini kembali buat bingung, mau beristirahat atau mau menginap di mana. Sedangkan ojek tidak ada, dan motor yang kami sewa berada di pelabuhan Kayangan. Saya berinisiatif bertanya kepada petugas pelabuhan di mana penginapan terdekat. Namun petugas tersebut mengatakan jika penginapan jauh, dan solusi yang diberikannya adalah menawarkan kami beristirahat di Mushalla yang berada di pelabuhan Pototano.
Memang sebenarnya ini solusi yang baik, tapi perlu diingat kami harus bangun pada jam subuh, karena akan ada shalat berjamaah. Sialnya saya tidak bisa memanfaatkan momen tersebut, karena sampai subuh tiba saya tidak bisa beristirahat. Mungkin karena pada malamnya saya banyak minum kopi.
Liburan Ke Lombok – Tahan Kantuk Demi Pulau Kenawa Sumbawa
Dan pada akhirnya, setelah shalat subuh saya mengantuk sekali. Saya berusaha menahan mata agar terus terjaga. Tapi menurut teman saya, pada saat itu saya sempat tidur katanya, karena saya ngorok wkakwkakwa. Entahlah.. rasanya seperti tidur, tapi masih berfikir keras begitu.
Lupakan malam tadi, karena sunrise pun mulai menampakkan diri. Sungguh permulaan pagi yang menarik. Perjalanan di mulai ke Pelabuhan lokal untuk menyeberang ke pulau sekitar, termasuk pulau Kenawa. Pemandangan matahari terbit diiringi pula dengan rombongan kambing yang melintas di antara Alfa Mart dan Indomaret dalam perjalanan saya menuju Pelabuhan lokal tersebut.
Jaraknya sekitar 2 KM dan saya jalan kaki. Sambil melihat pemadangan, akhirnya saya dihampir seorang warga lokal. Bapak tersebut menawarkan perahunya untuk disewa menyebrang ke pulau Kenawa Sumbawa. Pada awalnya kami ditawari harga seperti biasa 250 ribu untuk pulang pergi. Tetapi dengan tawar menawar yang alot, bapak itu mau menurunkan harganya jadi 200 ribu. Cukup masuk akal untuk terhitung satu perahu yang bisa diisi 6-7 orang.
Tak perlu waktu lama, si bapak menyiapkan perahunya juga perlengkapan safety. Meninggalkan dermaga kecil lokal dan mulai berlayar menuju pulau Kenawa. Waktu tempuhnya sekitar 20-25 menit saja dengan keindahan pemandangan lautnya plus deretan awan yang membuat saya terkesima seakan menyambut kedatangan kami pada pagi itu.
Dan akhirnya saya berhasil menginjakkan kaki di Pulau Kenawa yang indah dengan pantai pasir putih mempesona, meski sempat hujan ringat ketika kami datang.
Pulau Kenawa, Surga Kecil di Sumbawa Barat Penuh Dengan Keindahan
Fyi, Pulau Kenawa mempunyai luas pulau sebesar 15 hektare di mana garis pantainya membentang hingga sejauh sekitar 1,73 kilometer. Pulau ini letaknya di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Banyak yang mengatakan Pulau Kenawa lebih dikenal dengan wisata bukit dan padang savana hijaunya. Tetapi kata bapak (Arifin) yang mengantarkan kami, pantainya juga tidak kalah menarik, tak berombak dan tentunya sangat bersih.
Menurut pak Arifin, keindahan laut dari pulai ini masih terjaga sehingga sangat cocok untuk melakukan snorkeling. Dengan begitu kita sebagai pengunjung bisa puas melihat bagaimana warna-warni terumbu karang yang ada di dalamnya juga habitat lautnya yang tentunya bisa membuat kita berlama-lama di tengah laut.
Ini juga yang saya lihat langsung, apa yang tampak pada mata saya semuanya nyata. Memang, di pulau ini saya tidak berenang tapi tidak mengurangi rasa syukur saya karena sudah sampai di pulau mempesona ini.
Hal yang pertama saya lakukan adalah mencari wc, karena memang sak pipis hahahaa. Selanjutnya tentu saja mendokumentasikan apapun kegiatan saya selama di pulau Kenawa. Salah satunya adalah mendaki satu-satunya bukit yang ada di pulau ini.
Mendakit bukit ini juga menjadi upaya saya dan membuktikan kepada teman saya, jika seorang Andrew yang berbadan besar bisa sampai ke bukit yang ada di pulau Kenawa ini, yaa meski dalam ngantuk banget. Pemandangannya juga cukup menarik dengan adanya padang rumput yang membuat mata saya hijau (selain lihat duit). Oh iya selain itu juga tampak gazebo untuk tempat beristirahat atau shalat, juga ada toilet umum gratis.
Fyi, bukit kecil yang saya daki ini juga tepat digunakan untuk menikmati bagaimana matahari terbit di pagi hari dan matahari terbenam pada sore hari. Mungkin kalau malam lebih menarik lagi bisa melihat bulan dan indahnya bintang di malam hari.
Setelah cukup puas mendaki, mengabadikan dan membuat dokumentasi perjalanan, saya lalu sarapan di warung yang ada di pulau tersebut. Untuk harga makanan yang ada di warung tersebut juga masih wajar harganya, semisal indomi goreng telur cuma 10 ribu saja.
Jika ada waktu lebih baik menginap
Benar banget, kalau ada waktu lebih kalian harusnya menginap dan berkemah (jng lupa bawa lotion penolak serangga). Sebab keindahan pulau ini tak menarik jika hanya dikunjungi beberapa jam saja seperti saya. Ingin rasanya lebih lama saat itu, mencoba snorkling, lari sana sini, joget tiktok dan lainnya, namun apa daya waktu yang membatasi.
Kalau kalian pergi dengan ramai-ramai juga bagus, karena kalian bisa share cost, sehingga perjalanan yang kalian lakukan lebih murah. Saya harus bisa kembali suatu saat ke pulau ini. Tentunya tidak dalam keadaan menahan kantuk.
Terima kasih sudah membaca artikel EP : 2 Liburan Ke Lombok – Tahan Kantuk Demi Pulau Kenawa.
Semoga bisa balik kesini lebih rame biar lebih seruuu..dan nginap disini