Tak menyangka dan tak menduga bisa hadir dan menikmati Danau Gunung Tujuh Kerinci yang merupakan danau air tawar tertinggi di Asia Tenggara.
Memang kesempatan itu tak tau kapan datangnya. Dalam rangka pendakian Gunung Kerinci sebelumnya, saya juga bisa ikut dalam menelusuri dan menjelajah Destinasi ini terletak di desa Palompek, Kec. Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Explore destinasi kali ini masih bersama teman – teman dari komunitas United Indonesia Chapter Pekanbaru.
Telaga besar yang memiliki luas lebih kurang 960 Ha ini juga sering disebut sentral Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Malahan telaga besar ini merupakan danau kaldera tertinggi di Asia Tenggara yang berada pada puncak Gunung Tujuh.
Terletak pada ketinggian 1.950 Mdpl, perairan ini dikelilingi oleh tujuh gunung dengan beragam ketinggian. Gunung Hulu Tebo dengan ketinggian 2.525 Mdpl, Hulu Sangir dengan tinggi 2.330 Mdpl, Madura Besi dengan tinggi 2.418 Mdpl, Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis Lumut dengan ketinggian 2.350 Mdpl, Selasih yang memiliki ketinggian 2.230 Mdpl, Jar Panggang dengan 2.469 Mdpl, dan yang terakhir adalah gunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl). Uniknya, karena dibeberapa gunung ini terdapat mata air, yang membuat air di telaga indah ini tak pernah habis.
Destinasi ini juga menggambarkan sebagai salah satu dari banyak danau di Sumatera yang memiliki nilai pesona keelokannya. Dari beberapa informasi yang didapat saat melakukan registrasi, panjang telaga besar ini sekitar 4,5 km dan memiliki lebar 3 km. Sedangkan untuk kedalaman maksimal sebesar 40 meter.
Pesona Indahnya Danau Gunung Tujuh
Pagi mendung itu, saya dan teman – teman memulai perjalanan untuk ke destinasi indah ini. Dari tempat kami menginap homestay Paiman, untuk menuju lokasi pos danau ini cukup dekat. Saya yang kali ini tidak menggunakan carrier dan hanya membawa dan menggunakan celana pendek dan celana panjang saja. Selain itu saya juga membawa mantel hujan, sebab dari info warga lokal cuaca pada umumnya hujan. Sedangkan untuk lama di lokasi kami hanya lakukan pulang pergi dalam satu hari saja. Sisanya kami hanya membawa peralatan untuk makan – makan singkat saja.
Tak lama dengan menggunakan mobil yang sudah kami bawa dari Pekanbaru, akhirnya kami sampai di pos pertama untuk registrasi pendakian. Biaya untuk masuk/ retribusinya juga cukup murah, tetapi saya sedikit lupa antara 2000 – 5000 Rupiah. Seperti biasa sebelum menjelajah, berswafoto merupakan tujuan utama bersama teman – teman.
Selanjutnya saya dibarengi teman – teman bergegas melanjutkan perjalanan menuju gerbang pendakian TNKS Resort Gunung Tujuh. Pada tahap memulai perjalanan ini medan yang dilalui masih stabil, datar dan sedikit berbatu. Pandangan kiri kanan hanya ada kebun sayur masyarakat sekitar dan diiringi hawa sejuk pagi yang lumayan menggoyang kulit. Sebagai salah satu anggota tim hore, keadaan medan kali ini masih bisa saya lalui dengan baik.
Setelah berjalan beberapa lamanya hingga akhirnya diujung perkebunan warga, jalan selanjutnya yang dilalui adalah dengan memilih jalur persimpangan yang bercabang. Tanpa ragu, kami memilih jalur aman dan sering yang dilalui yang sebelumnya sudah diberitahukan pada saat pendaftaran tadi. Tinggal memilih jalur yang memiliki tanda panah/ bekas panah, jejak dan juga tali yang mewakilkan jalur tersebut merupakan jalan yang sering dilalui. Saya dan teman – teman terus berjalan hingga pada akhirnya barulah kita ke medan sebenarnya yang penuh perjuangan. Jalur pendakian dengan trek licin dan pemandangan jauh ke atas nan tak ada ujungnya.
Dikarenakan perjalanan ini dibarengi teman – teman sambil mengobrol, membuat saya mau tak mau sangat kelelahan. Mengikuti tempo dan ritme teman – teman yang fisiknya lebih baik dari saya menguras tenaga. Dengan keyakinan saya meminta izin kepada teman – teman untuk lebih dahulu mendaki, karena untuk mengurangi ngobrol dan saya bisa fokus untuk mendaki. Dengan percaya diri dan ditemani suara nyanyian burung saya terus melakukan pendakian. Memang sedikit horor, karena sebelumnya saya sering mendapatkan cerita tentang “orang bunian” yang datang ketika kita lagi sendiri. Tapi saya tepis pikiran tersebut dan terus berjalan. Paling tidak dengan melakukan perjalanan sendiri saya bisa lebih dahulu sampai ke danau ini. Group kami sendiri sudah terbagi 3 dan saya ditengah-tengah group tersebut.
Semakin yakin dan akhirnya terbukti, saat saya bisa sampai di Puncak Gunung Hulu Jujuhan (2.732 mdpl) pada urutan 4 dari 13 orang yang melakukan pendakian. Di puncak ini pula saya mencoba untuk beristirahat sejenak, sebab ini memang di luar dugaan. Bagian perut, dan kaki saya saat itu sakit. Ini jelas – jelas karena kurang olahraga dan sedikit efek dari orang gemuk seperti saya. Sambil beristirahat saya juga mencoba teriak untuk mengetahui lokasi dan kondisi teman – teman yang sebelumnya sudah dahulu berjalan dari pada saya, untuk memastikan jika jalur yang saya lalui sudah benar.
Tak ada jawaban ataupun terdengar suara teman – teman yang sudah duluan jalan. Mau tak mau saya hanya mengikuti tanda panah yang ada di pohon di puncak itu. Jalan dengan jalur terus menurun ke bawah dari sisi yang berbeda. Dengan keyakinan saya terus turun hingga 15 – 20 menit dijalur yang cukup terjal, dengan medan akar pohon. Saya terus jalanim hingga kemudian terdengar suara teriakan orang gembira diiringi dengan suara aliran air yang begitu syahdu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, tanpa pikir panjang saya lalu bergegas turun yang membuat saya hampir saja terpeleset jalur yang sangat licin, dan untungnya tangan saya sigap dengan memegang pohon dan akar sekitar.
Dari kejauhan saya bisa melihat ujung jalur yang saya lalui dan saya dapat melihat beberapa teman saya yang sudah sampai terlebih dahulu. Puji syukur kepada ALLAH SWT yang memberikan saya kesempatan bisa menginjakan kaki di salah satu anugrah dan ciptaaannya. Mata saya berbinar melihat indahnya pemandangan danau gunung tujuh. Segala niat yang sudah saya catat di otak kali ini harus tercapai. Niat untuk bisa mandi dan mencoba air di telaga besar ini. Penat, capek ataupun lelah terkikis dan lalu hilang begitu saja setelah melihat hamparan perairan yang silau bercahaya akibat sinar matahari yang terik ditambah dengan tenangnya gelombang pelan tanpa riak.
Teman yang duluan sampai ternyata lebih sigap dan dengan cepatnya membangun atap dengan menggunakan terpal yang kami bawa sebelumnya. Menyiapkan dan mencari kayu-kayu kering sebagai bahan bakar kami untuk memasak dan makan siang itu.
Lalu bagaimana dengan saya ? Saya tentu saja segera melepas baju kaos dan kemudian lari dan melompat ke perairan yang indah ini, padahal saat sebelum saya melompat, saya diberitahu oleh petualang lainnya jika telaga ini memiliki air yang hangat. Pada akhirnya saya tertipu mentah-mentah karena air di danau ini sangat dingin !!!! Tertipu saya juga diiringi dengan tawa terbahak teman – teman yang berada dipinggir danau gunung tujuh ini.
Namun jelas itu tidak menghalangi niat saya dan tentu saja saya tetap menikmati dan berenang di perairan tertinggi di Asia Tenggara. Meski dengan tubuh yang sudah menggigil karena suhu yang sangat dingin dari danau ini. Sebagian teman yang lain melihat saya berenang kemudian ikut melompat dan menikmati perairan ini.
Selain bisa menikmati dan mandi, hal yang bisa kita lakukan adalah tentu saja berswafoto. Cuma kali ini saya memang sangat kecewa, saya tidak membawa kamera dan hanya berharap dari kamera teman – teman. Selain itu kami juga makan siang dan beberapa teman lainnya ikut jalan menjelajah danau menggunakan jasa sampan yang ada di lokasi.
Hampir 2 jam bersantai, berenang, makan dan menikmati suasana di destinasi ini, akhirnya kegiatan kami harus terhenti. Tiba – tiba saja mendung datang dan gerimis mulai turun.
Tau diri dengan keadaan, saya meminta izin kembali kepada teman-teman untuk bisa jalan pulang duluan. Karena beban berat tubuh ini menyiksaku. Kalau saya berjalan lambat bisa saja saya di tinggal :)) . Gerimis yang turun menambah rasa dingin yang menusuk kulit. Dan dengan tetap berhati – hati saya lalu kembali mendaki menuju puncak Hulu Jujuhan. Kemudian setelah sampai di puncak lalu berlari kecil turun ke bawah.
Dalam perjalanan ke bawah menuju pos registrasi inilah saya mendapatkan kejadian lucu dan tak terlupakan. Saya sedikit terpeleset jatuh hingga celana yang saya gunakan bolong, dan Alhamdulillahnya saya tidak kenapa-napa sampai di pos registrasi.
Well bagaimana dengan teman-teman yang membaca, apakah sudah pernah berkunjung ke Danau Gunung Tujuh Kerinci, Jambi ini ?