Jalan-jalan ke Sumatera Barat kali ini dengan menyinggahi tempat wisata di Agam Air Terjun Badorai. Pada awalnya memang perjalanan ini tidak ada dalam list.
Bersama teman – teman dari Kaskus Regional Riau Raya beberapa waktu kemarin mengunjungi Sumatera Barat untuk kesekian kalinya. Kali ini memang tujuan utama dari jadwal yang sudah kami buat adalah destinasi wisata pantai dan kuliner. Tetapi karena ada sedikit waktu lowong, maka kami ambil langkah dengan mencari destinasi wisata menarik di sekitar kabupaten Agam. Dekat dengan kota Bukittinggi, google maps memberikan kami suggestion untuk bisa mencoba dan menjajal Air Terjun Badorai.
Destinasi menarik ini terletak di kawasan Nagari Sungai Puar, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Tak banyak informasi dari google tentang destinasi wisata ini. Memang ada sebagian, tetapi jarang yang menunjukkan dimana lokasi tepatnya. Singkat cerita, dari maps aplikasi bawaan google, destinasi ini jaraknya lebih kurang 8 KM dari Kota Bukittinggi tempat dimana kami saat itu.
Menjajal Tempat Wisata di Agam, Air Terjun Badorai
Sempat kepikiran jika mengikuti google maps berarti destinasi yang kami tuju berada di pinggir jalan. Setelah hampir 30 menit mengikuti arahan dari aplikasi tersebut sampailah kami di Nagari Sungai Pua. Dan ternyata titik tersebut tidak pas, mau tak mau bertanya kepada masyarakat sekitar merupakan jalan terbaik.
Setelah berkeliling beberapa saat, akhirnya saya dan teman-teman menemukan jalan untuk bisa ke air terjun ini. Masih menggunakan mobil, kami berjalan terus mendaki di jalan aspal di kaki gunung Marapi. Untuk menuju titik terakhir kami membutuhkan waktu sekitar setengah jam melalui jalan pendakian yang terjal. Untung saja mobil yang kami bawa masih baru, sehingga tidak menjadi kendala berarti.
Kami berhenti di salah satu rumah warga, turun dan langsung bertanya kepada pemilik rumah. Apakah jalan yang kami tempuh ini benar.
Alhamdulillah, semua jerih payah tadi ternyata tidak sia-sia, kami sudah di jalan yang benar hahaha. Dari informasi pemilik rumah perjalan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki lebih kurang setengah jam atau seperempat jam. Itu waktu tempuh untuk air terjun tingkat pertama, sedangkan tingkat selanjutnya tentu berbeda.
Setelah meminta izin dan memarkirkan mobil, kami terus melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Lagi-lagi karena tidak ada dalam rencana dan persiapan, sebagian teman – teman tepar karena jalan yang dilalui mendaki. Kalau biasanya bagi saya pribadi ini tidak menjadi masalah, namun kali ini karena saya berjalan kaki dan hanya memakai sandal jepit khas kapuyuak medan yang ditempuh seperti sulit dilalui. Karena licin, sendal yang saya gunakan membuat saya terpleset. Bahkan sebagian teman – teman yang lain ada pula yang menggunakan sendal juga atau malahan sedang menggunakan sepatu yang memiliki hak.
Melewati jalan semen mendaki terus melewati perkebunan warga. Adapula ladang bawang hingga dari tempat kami berjalan bisa melihat kota Bukittinggi dari kejauhan serta pemandangan gunung Singgalang. Kami terus berjalan mengikuti perairan irigasi warga sesuai informasi yang kami dapat. Sedangkan dibelakang, beberapa teman menyerah dan berhenti, sehingga hanya beberapa orang saja yang terus berjalan.
Saya sempat bertanya perihal air terjun Badorai kepada salah seorang warga yang sedang bekerja di kebun. Selain menunjukan jalan, warga tersebut juga memberitahu jangan terlalu lama di atas, karena cuaca dapat berubah seketika. Apabila mendung harap segera turun.
Setelah mendapatkan informasi yang pas, hanya dengan tersisa beberapa orang kami terus melanjutkan perjalanan. Tak selang beberapa lama kamipun mulai mendapatkan firasat jika air terjun yang kami tuju sudah dekat. Suara merdu dari aliran air mulai terdengar. Dengan tergesa-gesa kamipun mengejar suara aliran tersebut, walaupun pada akhirnya yang kami temui hanya sungai kecil.
Sempat putus asa karena kepikiran masih jauh, tak sengaja kami melihat sebuah anak panah yang menunjukan dimana air terjun yang kami cari berada. Dengan penuh semangat saya dan teman – teman yang lain mengikuti jalan menanjak di dalam hutan kaki gunung Marapi. Hampir 20 menit mengikuti jalur tersebut, akhirnya kami di pertemukan dengan aliran sungai yang besar. Nampak dari kami berdiri, di ujung terlihatlah sebuah air terjun yang sangat deras dengan tinggi yang lumayan. Yap akhirnya kami sampai di tingkat pertama destinasi ini.
Tak perlu waktu lama, teman saya “Gilang” bahkan sudah berada di dekat titik air terjun tersebut. Saya sendiri segera mengambil beberapa gambar foto untuk dokumentasi. Walaupun sedikit susah karena air yang begitu deras, lensa kamerapun berembun.
Saya pun seperti biasa langsung buka baju dan hanya menggunakan CD GT Man dan turun mencoba kenikmatan dan sensasi destinasi tempat wisata di Agam ini. Dan Zonk !!! terkejut karena begitu saya memasukkan kaki saya, suhu dingin langsung datang pada kaki saya. Gilang yang sudah duluan masuk malahan sudah menggigil.
Tak peduli dingin, saya tetap tak mau melewatkan momen menikmati mandi di air terjun Badorai. Segar, dingin, nikmat, membuat saya ingin berlama-lama dan ingin teriak sekuat-kuatnya. Sungguh pengalaman yang tak diduga ini tidak mengecewakan dan membuat sebagian kami bahagia. Sedangkan sebagian lainnya tidak bisa sampai di lokasi ini.
Setelah puas, tak lama yang ditakutkan pun terjadi. Tiba-tiba langit mulai mendung dan gerimis perlahan turun. Saya dan teman – teman akhirnya bergegas segera kembali ke tempat kami memarkirkan mobil. Dengan keadaan yang basah pula tanpa handuk kami berlarian kembali ke rumah warga.
Pastinya pengalaman ke tempat wisata di Agam ini cukup menarik dengan bantuan google maps. Walaupun hanya bisa menikmati tingkat satu air terjun Badorai sudah cukup membuat kami bahagia. Bagaimana teman-teman yang lain ? apakah punya pengalaman yang sama ? Oh iya baca juga pengalaman saya saat mengunjungi Air terjun Batang Marambuang yang termasuk di kawasan kabupaten Agam juga.