Sebagai generasi muda ada baiknya kita tidak pernah melupakan sejarah, salah satunya sejarah tentang penghubung transportasi Provinsi Riau dan Sumatra Barat (Sumbar), Lubang Kalam. Apalagi diketahui dahulu kala untuk mengunjungi provinsi tetangga ini butuh waktu lebih lama karena harus menyebrangi sungai.
Bagi warga Riau dahulu ataupun warga lama Sumatera Barat lokasi lubang atau terowongan ini tentu tidak begitu asing. Sebab, lokasi ini merupakan saksi sejarah dalam perkembangan kedua Provinsi yang bertetangga ini. Di sisi geografis terletak di sekitar desa Marangin, Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Posisinya pas di sisi jalan lintas barat yang kini sudah tidak dipakai lagi.
Karena statusnya sudah tak digunakan karena jalan di dalamnya sempat terendam air bendungan Danau PLTA Koto Panjang, maka oleh pemerintah setempat menjadikan lokasi menarik ini sebagai objek sejarah.
Lubang Kalam Dalam Sejarah
Tentunya dahulu dalam pembuatan infrastruktur jalan tidak mudah. Belum lagi tipikal kawasan Riau – Sumbar berbukit dan membuat para pembuat jalan bekerja keras. Sehingga banyak jalan yang dibuat dengan menembus bukit-bukit tersebut. Jalan tembus ini pula yang kemudian menjadi lubang atau terowongan penghubung di kedua provinsi dan menggerakan ekonomi saat itu.
Lubang inilah yang menjadi cikal bakal terowongan jalan yang menembus bukit dan menjadi jalan lintas barat Provinsi yang beribukota Pekanbaru ini menuju Sumatera Barat. Lubang dengan artinya lubang, sedangkan kalam yang memiliki arti gelap. Oleh sebab terowongan sepanjang 300 meter ini gelap maka banyak yang mengatakan dan menyebut dengan kalam (bahasa minang).
Meski saat kita mendengar gelap terkesan seram, tidak begitu dengan terowongan ini. Saat saya masuk ke dalam pada siang hari menggunakan belalang tempur, ternyata hal itu tidak terasa. Malahan yang membuat sedikit khawatir adalah banyaknya kelelawar di dalam terowongan ini.
FYI terowongan dari informasi yang saya dapat dibangun lebih kurang pada tahun 1929, selaras dengan angka yang tercetak pada atas terowongan masuk. Sejak saat itu, lokasi ini menjadi satu satunya penghubung diantara kedua provinsi yang bertetangga ini. Masyarakat sekitar banyak yang mengatakan jika lubang ini dibangun pada masa penjajahan Jepang karena proses pembangunannya melalui kerja rodi, namun ada pula yang mengatakan jika dibangun pada saat penjajahan Belanda sesuai tanggal yang tertera.
Kalau menilik dari tahunnya mungkin lebih tepat pada penjajahan Belanda, karena negara kincir angin tersebut lebih dulu menjajah tanah air. Dalam perjalanannya terowongan ini menjadi suatu hal yang penting, karena penyaluran dan distribusi sembako atau kebutuhan masyarakat dari Sumatera Barat ke Riau harus melewati jalan ini. Kebutuhan utama seperti beras, sayur mayur, bumbu seperti cabe, ataupun bahan bahan pembangunan seperti semen dan bahan – bahan paling penting dari Sumatera Barat melewati jalan ini. Sedangkan kebutuhan barang – barang import ataupun semisal elektronik dari negara-negara tetangga Indonesia banyak didistribusikan ke Sumbar melewati Riau.
Tentunya memiliki jalan penghubung ini bukan hanya sekedar untuk kebutuhan sehari-hari saja. Jika musim liburan tiba tentunya jalan atau kawasan ini semakin pada dilalui. Sumatera Barat yang terkenal memiliki wisata alam yang alami membuat para penduduk Riau banyak berliburan ke sana. Apalagi pada saat itu sudah banyak jasa transportasi pengangkut penumpang semisal bus. Saya masih ingat betul nama nama jasa bus semisal Merah Sari, ANS, Gagak Hitam, Sinar Riau, Gumarang dan berbagai macam PO bus lainnya. Kini bus-bus ini perlahan menghentikan operasionalnya karena bersaing dengan jasa travel agen mobil sewa sejak tahun 1995.
Tutup Sejak Jadinya PLTA Koto Panjang.
Setelah menjadi urat nadi penghubung antara kedua provinsi, akhirnya tiba masa istirahat terowongan ini. Semenjak bendungan PLTA Koto Panjang yang dibangun di Kabupaten Kampar sampai akhirnya dipakai pada pertengahan tahun 1990, Lubang Kalam tidak digunakan lagi sebagai jalur penghubung. Penyebabnya adalah karena sebagian jalan lintas di jalur jalan ke terowongan terendam oleh air dari bendungan PLTA Koto Panjang. Banjir ini juga menyebakan banyaknya kawasan perumahan atau desa didua Provinsi menjadi terendam. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut dibuatlah jalan baru di atas bukit sebagai jalan lintas barat.
Saat Ini Menjadi Objek Wisata
Walaupun tak lagi digunakan, tetapi terowongan sepanjang 200 meter ini tetap kokoh. Ini juga terlihat dengan bukit – bukit yang berada di kawasan tersebut terlihat tetap utuh dan rimbun. Sayangnya jalan kecil menuju terowongan ini pada sisi sungai sudah mulai terkikis sehingga kita tetap harus berhati-hati. Terowongan atau gua ini juga masih bisa dilewati dan banyak warga sekitar yang melewatinya hanya untuk pergi memancing di sekitar. Oh iya, kawasan ini juga biasanya dijadikan sebagai lokasi memancing oleh para warga dan wisatawan lokal. Tentunya memancing di lokasi ini karena banyaknya sumber daya di dalamnya, seperti ikan patin ataupun ikan baung dengan ukuran lumayan besar.
Saat masuk ke dalam lubang tentunya terlihat sangat gelap plus ditambah dengan banyaknya kelelawar yang juga meninggalkan kotoran bau di dalamnya. Dan bagi orang yang masuk, diperingatkan agar tidak berpikiran kotor dan takabur, sebab banyak warga sekitar yang mengatakan jika lokasi ini punya sedikit misteri. Ini didukung pula dengan banyaknya kasus orang tenggelam di sekitar terowongan.
Tempat ini di buka kembali oleh pemerintah setempat yang lalu kemudian menjadikannya sebagai objek wisata sejarah. Sambil pulang kampung atau mudik ke kampung halaman kita bisa singgah untuk melihat sejenak tempat ini. Untuk bisa masuk ke terowongan ini tidak di pungut biaya alias gratis. Lokasi persisnya jika teman-teman berasal dari Pekanbaru, posisi Lubang Kalam berada setelah jembatan Rantau Berangin. Sebaliknya jika teman-teman melalui dari arah Sumbar berarti sebelum jembatan ini.
Sesungguhnya banyak sejarah yang bisa ditemukan dari adanya terowongan dan adanya sebuah bendungan PLTA Koto Panjang. Saya sebagai generasi saat ini hanya bisa membantu menyebarkan dan memberikan informasinya melalui artikel ini. Oh iya baca juga artikel saya tentang menjelajah Gunung Marapi Sumatera Barat ya teman-teman.